Mengenali Manfaat Bekam Alias Al Hijamah


BEKAM BUAT diabetes

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit/ gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan oleh kurangnya produksi atau gangguan kerja (penurunan efektifitas) hormon insulin atau lantaran kedua-duanya. Penyakit DM dibagi dalam dua jenis:  
 gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula  Mengetahui Manfaat Bekam Alias Al Hijamah
Pertama, DM tipe 1 atau yang disebabkan oleh rusaknya sel β (Beta) pankreas selaku “pabrik” pembuat insulin. Kedua, DM tipe 2, tipe ini merupakan gangguan yang sifatnya heterogen, pada beberapa kasus tamat gangguan fungsi sel β, namun paling banyak disebabkan oleh gangguan kerja (resistensi) insulin pada sel-sel dalam jaringan tubuh.

Keberadaan penyakit diabetes tidak lepas dari tugas zat besi (Fe) dalam darah.
Sifat molekul besi yang tidak stabil mempunyai potensi menciptakan aneka macam bentuk radikal bebas yang membahayakan atau menghancurkan sel-sel tubuh. Hasil observasi terhadap peningkatan frekuensi penyakit diabetes pada orang-orang yang menderita hemochromatosis menyodorkan bahwa keunggulan (overload) besi dalam badan berperan dalam muncetuskan penyakit diabetes. Hemochromatosis yakni sebuah kelainan genetik yang menjadikan kelebihan besi dalam tubuh.

Akan tetapi, apa pun penyebab dari overload besi, baik karena penyakit genetik atau pun bukan, ternyata mengakibatkan peningkatan diabetes. Peran besi dalam menyebabkan penyakit diabetes ditunjukkan oleh dua hal: Pertama:
terjadinya peningkatan kejadian diabetes pada orang-orang yang kelebihan besi, apapun penyebabnya. Kedua: adanya perbaikan penyakit diabetes sesudah mencampakkan keunggulan besi dengan obat-obatan yang dapat mengikat besi.

Orang-orang yang sering menjalani transfusi darah alasannya penyakit tertentu, kadang-kadang mengalami overload besi dalam tubuhnya. Pada kalangan ini terdapat peningkatan peristiwa diabetes.
Walau mekanisme zat besi dapat mempercepat terjadinya diabetes belum dimengerti secara niscaya, tetapi dugaan tersebut kemungkinan berafiliasi dengan tiga prosedur kunci, yakni: 1. Defisiensi (kelemahan insulin), 2. Resistensi insulin (gangguan kerja insulin). Maksudnya, meskipun insulin terdapat dalam darah dalam jumlah yang cukup, akan namun tidak mampu mendorong glukosa dalam darah untuk masuk ke dalam sel-sel tubuh. Akibatnya, kadar glukosa dalam darah tetap tinggi. Sebaliknya, kalau suatu sel sungguh berespon tarhadap adanya insulin, maka keadaan ini disebut dengan “sensitif” terhadap insulin (insulin sensitivity). 3. Disfungsi (kerusakan) hati (hepar). Overload besi dan hadirnya radikal bebas akan menimbulkan kerusakan sel β pankreas yang berfungsi menciptakan hormon insulin. Akibatnya, terjadi penurunan produksi insulin. Karena produksinya menyusut, maka otomatis sekresi (pengeluaran) ke dalam darah juga berkurang.
Adapun mekanisme terjadinya resistensi insulin, disangka terjadi secara langsung atau lewat rusaknya fungsi hepar (hati). Selain itu, adanya pengendapan besi dalam otot akan menurunkan penyerapan glukosa alasannya adalah terjadi kerusakan pada otot tersebut. Sebaliknya, insulin justru meningkatkan perembesan besi, sehingga terjadilah bulat yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Selain bertanggung jawab pada terjadinya penyakit diabetes, besi juga bertanggung jawab pada timbulnya aneka macam komplikasi penyakit diabetes, diantaranya penyakit ginjal dan penyakit kardiovaskuler.
“Keberadaan penyakit diabetes tidak lepas dari tugas zat besi (Fe) dalam darah. Sifat molekul besi yang tidak stabil potensial menciptakan aneka macam bentuk radikal bebas yang membahayakan atau merusak sel-sel tubuh.”
Penelitian hasil kerjasama dua institusi pendidikan kedokteran di Spanyol, yaitu University Hospital of Girona “ Dr. Josep Trueta” dan University Miguel Hernandez mencoba menilai sensitifitas insulin dan sekresi (pengeluaran) insulin setelah dilakukan pembekaman dengan interval empat bulan pada pasien diabetes tipe 2 yang memiliki kadar serum feritin (besi yang tersimpan dalam sel tubuh) berkadar tinggi, yaitu kadarnya > 200 ng/ mL.
Penelitian menitikberatkan untuk melihat imbas hijamah (bekam) kepada control metabolic, sekresi insulin, dan kerja insulin pada pasien diabetes dengan kadar feritin yang tinggi. Oleh alasannya itu, dalam penelitian ini akan dilihat imbas pembuangan besi (iron depletion) kepada parameter-parameter tersebut.
Pasien dibagi dalam dua golongan:  pertama (grup 1) yang berjumlah 13 pasien, dilakukan pembekaman dengan rentang waktu 2 ahad, setiap kali pembekaman diambil 500 mL darah. Total pembekaman yang dilaksanakan terhadap grup 1 sebanyak 3 kali. Kedua (grup 2) yang berjumlah 15 pasien yaitu golongan kendali yang tidak mendapatkan Diterapi pembekaman. Seluruh pasien (grup 1 dan grup 2) tetap menemukan terapi mirip lazimnya dengan insulin, obat-obat anti-diabetes, dan olah raga selama kala pengamatan.
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa serum feritin, transferin (protein yang berfungsi untuk mengikat atau menjinjing besi di dalam darah), saturation index, dan kadar hemoglobin turun pada pasien yang mendapatkan terapi hijamah (grup 1). Selain itu, kadar HBA1C juga turun secara bermakna pada pasien grup 1. Didapatkan pula peningkatan sensitivitas insulin pada grup 1 dibandingkan grup 2.
Dus,  Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hijamah dapat berperan sebagai terapi aksesori pada pasien diabetes tipe 2 dengan peningkatan fokus serum feritin.
Penelitian lainnya dari institusi yang serupa dengan pengamatan sebelumnya, yakni untuk menguji hipotesis bahwa pembuangan besi yang bersirkulasi dalam darah dengan hijamah akan memperbaiki kerusakan pembuluh darah pada pasien diabetes tipe 2 dan pada pasien dengan peningkatan fokus serum feritin.
Pada penelitian ini, pasien diabetes dengan kadar serum feritin > 200 ng/ mL dibagi dalam 2 golongan mirip pada observasi sebelumnya. Reaktivitas pembuluh darah dinilai pada awal observasi, serta pada 4 dan 12 bulan berikutnya. Hasil observasi ini menyimpulkan bahwa pembuangan besi dengan hijamah mampu memperbaiki kerusakan pembuluh darah pada pasien diabetes tipe 2 dengan kadar serum feritin yang tinggi. Perbaikan ini sejalan (paralel) dengan penurunan kadar besi dalam tubuh yang ditandai dengan turunnya kadar serum feritin pada pasien grup 1.
Penjelasan efek hijamah ini menyodorkan bahwa kelebihan besi membuat pergeseran dini pada struktur dan fungsi pembuluh darah manusia, yang ditandai dengan hipertrofi (penebalan) dinding pembuluh darah. Hipertofi ini bisa diperbaiki dengan menurunkan kadar besi dalam darah lewat proses hijamah.  Dalam penelitian ini, didapatkan adanya peningkatan dilatasi (pelebaran) pembuluh darah sehabis kadar besi diturunkan dengan hijamah. Sehingga, pembuangan besi mampu membuatkan kelenturan (distensibilitas) pembuluh darah.
Penelitian yang hampir sama dengan 2 observasi di atas juga dijalankan institusi lain di Eropa oleh para peneliti dari San Filippo Neri Hospital (Italia), Bambino Gesu Hospital dan Research Institute (Italia) yang berjalan selama dua tahun.
Penelitian ini berniat mengenali imbas hijamah kepada sekresi dan sensitivitas insulin, parameter-parameter dalam darah, kadar besi dalam hati (liver ion content/ LIC), dan perubahan kerusakan jaringan hati. Subjek Penelitian yakni pasien yang gres saja terdiagnosis diabetes yang mempunyai kelainan genetik tertentu yang menimbulkan tingginya kadar besi dalam tubuh.
Hijamah dilakukan setiap dua minggu, masing-masing dengan mengeluarkan darah sebanyak 450 mL. Volume darah dikembalikan ke jumlah semula dengan memberikan larutan fisiologis. Data sebelum dan setelah dua tahun terapi dengan hijamah diambil untuk dibandingkan.
Hasil observasi memberikan adanya perbaikan dalam beberapa parameter metabolisme. Kadar feritin dan besi turun. Parameter lain mirip kadar kolesterol, trigliserida (Lemak), glukosa puasa, kadar enzim-enzim tertentu ibarat lactate Dehydrogenase (LDH), aspartate aminotransferase (AST) atau yang lebih dikenali dengan glutamic-oxaloacetate transaminase (SGOT), alanine aminotransferase (ALT) atau yang lebih dikenali dengan glutamic-pyruvate transaminase (SGPT), dan gamma-glutamyltransferase (γ-GT) dimana enzim-enzim ini ialah penunjukterjadinya kerusakan pada hati, juga mengalami perbaikan dengan peningkatan sekresi insulin, peningkatan pengambilan glukosa oleh sel-sel tubuh, dan peningkatan sensitifitas terhadap insulin.
Dari observasi-observasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa terapi hijamah berguna terhadap pasien diabetes mellitus, khususnya yang mempunyai kadar besi yang tinggi. Penelitian-observasi ilmiyah ini telah membuka suatu cita-cita gres di kurun mendatang akan meningkatnya penerimaan penduduk secara biasa kepada bekam serta memberi impian baru bagi pasien diabetes mellitus.
khasiat dari berbekam.  Berikut  aku nukilkan artikel manfaat wacana bekam/al hijamah,  di antaranya yakni:
1. Mengeluarkan darah kotor.
Mengeluarkan darah kotor, baik darah yang teracuni maupun darah yang statis, sehingga peredaran darah yang semula tersumbat menjadi tanpa gangguan kembali. Adapun penyebab darah bisa teracuni (atau kotor) dan tidak berfungsi lagi yakni faktor usia darah yang sudah bau tanah, makanan dan minuman yang mengandung pengawet, pewarna, komplemen buatan, pestisida dan lain-lain. Juga mampu disebabkan oleh obat-obatan dan polusi kimiawi yang masuk lewat pernafasan, menyerupai asap rokok, asap pabrik, asap kendaraan dan lain-lain.
Semua cuilan-unsur ini akan masuk ke dalam darah lewat banyak sekali cara dan berputar mengikuti sirkulasi darah. Darah yang terkotori ini lalu akan mengendap dan berkumpul di bawah permukaan kulit. Bagaimana megeluarkan darah kotor ini? Sampai dikala ini satu-satunya cara untuk mengeluarkanya yakni dengan berbekam.

2. Meringankan tubuh. 
Banyaknya kandungan darah kotor yang menumpuk di bawah permukaan kulit seseorang akan menyebabkan terasa malas dan berat. Jika dibekam, maka akan mengendorkan tubuhnya.

3. Menajamkan pandangan.
Tersumbatnya peredaran darah ke mata membuat persepsi akan menjadi buram. Setelah dibekam, peredaran darah yang tersumbat kembali tanpa hambatan dan mata bisa melihat dengan terang. Dari Ibnu Abbas Radhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rasululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Orang yang paling baik yakni seorang juru bekam (al-Hajjam) karena ia mengeluarkan darah kotor, meringankan tubuh, dan mempertajam persepsi mata orang yang di bekamnya” [HR. Tirmidzi; hadits hasan gharib]

4. Menghilangkan banyak sekali macam penyakit.
Rasullulah SAW mengisyaratkan ada 72 macam penyakit yang mampu disembuhkan dengan jalan berbekam. Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
 gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula  Mengetahui Manfaat Bekam Alias Al Hijamah

“Kamu sekalian hendaklah berbekam pada tengah Qomahduwwah (punuk/tengkuk pada punggung tubuh), maka akan mampu menyembuhkan 72 penyakit” (Shohih Ibnu Majjah No.3478).

Adapun 72 macam penyakit tersebut diantaranya yakni: pusing ,  migren,  sakit pinggang,  jantung,  asam lambung,  rematik,  asma,  sulit tidur/tak bisa tidur,  kencing manis,  liver,  gatal-gatal, radang usus besar,  sakit waktu haid,  syaraf kejepit,  ginjal,  tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah,  stroke,  kolesterol,  asam urat,  sinusitis,  ambeien,  mandul,  lemah syahwat,  tumor otak,  virus toxo dan rubella,  kanker payudara,  kejang-kejang,  batuk kronis,  paru-paru, kanker kelenjar getah bening,  penyakit kronis yang lain.
Sobat, mungkin anda mengajukan pertanyaan Berapa kali semestinya kita mesti berbekam ?.
Kalau kita mengikuti sunnah Nabi, idealnya sebulan sekali, khususnya tanggal 17, 19, atau 21 Hijriyah (2 hari sesudah bulan purnama).  Dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa berbekam pada hari ke-17, 19 dan 21 (tahun Hijriyah), maka ia akan sembuh dari segala macam penyakit.” (Shahih Sunan Abu Dawud, II/732, karya Imam al-Albani). Pada Hadits lain disebutkan,  Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallaahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya sebaik-baik bekam yang kalian kerjakan yakni hari ke-17, ke-19, dan pada hari ke-21.” (Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani (II/204))
Ada pula hadits yang menyatakan, Dari Anas bin Malik radhiallaahu ‘anhu, ia bercerita: ” Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam umumberbekam di bagian urat merih (jugular vein) dan punggung. Ia lazimberbekam pada hari ke-17, ke-19, dan ke-21.” (HR, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, sanad shahih). Pada hadits lainnya lagi juga disebutkan,  Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Berbekamlah pada hari ke-17 dan ke-21, sehingga darah tidak akan mengalami hipertensi yang bisa membunuh kalian’.” (Kitab Kasyful Astaar ‘an Zawaa-idil Bazar, karya al-Haitsami (III/388))
perlu anda pahami bahwa yang disebut hari ke 17, 19, 21 tentunya hari dalam tahun hijriah berdasar hitungan bulan,  dan bukan dalam tahun miladiah yang dihitung berdasar matahari.
Ibnu Sina di dalam kitabnya Al-Qaanun  mengatakan ihwal arti penting berbekam di pertengahan bulan hijriah alias qomariah : “Diperintahkan untuk tidak berbekam di permulaan bulan lantaran cairan-cairan tubuh kurang aktif bergerak dan tidak wajar , dan tidak di selesai bulan alasannya yakni bisa jadi cairan-cairan tubuh mengalami penghematan. Oleh alasannya itu diperintahkan melakukan bekam pada pertengahan bulan dikala cairan-cairan badan bergolak keras dan meraih puncak penambahannya alasannya Gaya Gravitasi Bulan yang sangat Kuat dikala pertengahan Bulan”
Imam Ibnul Qoyyim AlJauzi dalam kitabnya Ath-Thibbun An-Nabawi, ia menyampaikan, “hadits-hadits diatas sudah disepakati oleh para tabib muslim, bahwa berbekam pada pekan kedua dan pekan ketiga (pertengahan bulan) adalah lebih memiliki kegunaan dibandingkan dengan di permulaan atau selesai bulan. Namun apabila alasannya ialah adanya sebuah kebutuhan mendesak untuk pengobatan (maksudnya kalau memang  sedang sakit:  mencicipi sakit / pegal / kaku di daerah kedua pundak/pundak, leher, tengkuk dan kedua belikat)  maka kapan pun (baca: pada dikala itulah) bekam yang dijalankan tetap berfaedah”.
Makara,  sobat,  Bekam idealnya dikerjakan  paling lama 2 bulan sekali,  dan jangan sampai 6 bulan lebih tidak dibekam sehingga bisa terkena stroke terlebih dulu.  Hal penting yang perlu diperhatikan merupakan pertimbangan Imam asy-Syuyuthi yang menukil ajuan Ibnu Umar, bahwa berbekam dalam keadaan perut kosong itu yaitu paling baik alasannya adalah dalam hal itu terdapat kesembuhan. Maka direkomendasikan bagi yang akan berbekam untuk tidak makan-masakan berat 3-4 jam sebelumnya.

ditulis Oleh: dr. Muhammad Saifudin Hakim (Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi, FK UGM, Yogyakarta).  Sumber: Tabloid Bekam Edisi III/2011 /

Sumber https://materibekam.blogspot.com/

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post