Rejeki…… Riski…..Rizqie…. (bagian satu)

mie ayam

Semalam, ketika anakku bingung mau menu apa untuk makan malam, meluncurlah kami setelah sholat maghrib. Tuh bi, ada empal gentong, ada mie ayam, ada ketoprak….. semua sudah ditunjuk. Trus mana yang mau dibeli, katanya mau beli ayam bakar, warung ayam bakarnya tutup, kak. Apa ya……., kata sikecil. Ya udah bi, mie tek tek aja. Ternyata Allah sudah mengatur sebagian uang yang ada didompetku keluar untuk tukang mie tek tek.

Sampai di warung mie tek tek, si kecil sudah teriak, "om, aku mie goreng aja!. Si Kakak juga gak mau kalah, aku juga…… Sreng….. osreng…… akhirnya kedua anakku makan dengan lahapnya.

Sementara anak-anakku lahap menyantap mi tek tek…. kami bercerita soal orang gila atau yang pura-pura gila, minta jatah makan malam sama mamang mie. Ternyata, rejeki yang baru dicari juga harus dibagi kepada orang baik dengan menerima pembayarana maupun yang diminta cukup berdiri di dekat gerobag dengan fashion model orang gila terkini. Dalam variasi menulis kata “rejeki” ada juga orang menulis riski, yang ketika dibolak-balik asal- usul katanya dalam paduan bahasa inggris dan bahasa arab, riski terdiri dari kata risk (resiko) dan akhiran “i” yang berarti kepemilikanku dalam bahasa arab. Jadi riski berarti resiko yang harus aku tanggung.

mie goreng

Teringat  peribahasa jawa “Jer Basuki Mawa Bea” terjemahan bebasnya mau untung harus pake biaya atau pengorbanan. Mau rejeki harus mau riski. Meneruskan cerita mamang mie, ternyata orang gila yang sering datang ke warungnya dianalisa karena kurang bersyukur. Beliau meneruskan, ada orang gila yang jadi profesi, dalam otaknya ada mode gila dan mode normal. Trus bagaimana kok tahu orang gila itu gak gila mas? tanyaku. Yaaaaah, ketika berdiri di depan gerobag nyodorkan uang 10ribu. Ketika ditolak, orang itu malah bilang, “situkan nyari uang jualan mie untuk anak istri, jadi uang ini harus diterima”. Gubrakkkkkkkk. Si mamang terbengong.

Cerita orang gila lainnya, ada mahasiswa dengan potongannya layaknya mahasiswa datang ke gerobag, berdiri di depan gerobag gak mau pindah-pindah sebelum dikasih mie rebus. Gak tahu anak orang kaya kok bisa gila begitu, na’udzubillah min dzalik, kata si mamang. Ada juga orang gila lainnya di depan gerobagnya hanya mengenakan celana dalam berdiri di tengah jalan mengganggu pengendara mobil. Terpaksa satgas RT setempat unjuk gigi mengangkat si gila.

ayam bakar

Ada satu spesifikasi kegilaan yang pernah beliau temui dengan gaya sama saat minta yakni berdiri di depan gerobag sambil cengar-cengir.  Katanya, orang gila ini adalah orang kaya yang mendadak melarat karena kehabisan modal hura-hura. Si Mamang cerita, orang gila itu dulu tiap malam menghabiskan uang 10 juta seperti menghabiskan uang 1000 perak. Enaknya, warung ini bukan mie tek tek mas namanya, tapi mie gilaa. Analisa si Mamang, kebanyakan orang mengartikan rejeki hanya dalam bentuk uang dan kemewahan, bukankah sehat gak kurang makan juga rejeki?

Di tengah-tengah pembicaraanku dengan mamang mie, anak sulungku yang namanya Rizqie (kalo ini murni dari bahasa arab, tertulis di akte kelahirannya) nyeletuk “Aku gak mau sayurnya!”, ternyata sawi dan tomat yang di mangkuknya belum jadi rejekinya masuk ke mulutnya.  Si kecil juga dengan bangga si kecil berkata, “aku pinter lho gak disuapin, ini perutku dah gendut…. Ternyata rejekiku menjelma dalam berbagai bentuk selain uang, makanan dan sehat, yakni kebanggaan dan kesenangan anakku menyantap makanan. Alhamdulillah, segala puji hanya kepadamu Ya Allah

Ayo kita pulang bang did, ayo kita pulang kak ici…… (bersambung ya……)

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post