PRAMUGARI LION AIR

Dalam beberapa kali penerbangan antara Jogja Jakarta Bengkulu menggunakan Lion Air, aku sangat prihatin dengan manajemen Lion Airyang menurut saya sudah merendahkan para pramugarinya dengan disuruh memakai pakaian yang menurut laki-laki normal sangat merangsang atau minimal menimbulkan rangsangan seksual.

Dalam Undang-Undang Pornografi, hal-hal yang menimbulkan rangsangan jika dimunculkan dalam media, akan terkena jeratan hukum. Sekedar argumentasi, udara terbuka atau ruang terbuka, atau ruang publik, menurut saya merupakan media langsung atau perantara langsung suatu tampilan yang dinikmati oleh mata.

Sepanjang yang saya ketahui, mata saudara-saudara sepenungguan pesawat, baik laki-laki maupun wanita, ketika adik-adik pramugari tersebut lewat, menyaksikan paha yang terbuka hingga di paha yang dalam. Dada saya terhentak. Saya prihatin sekaligus senang. Senang sebagai "laki-laki" normal. Manusiawilah! Saya kira mereka mempunyai penilaian yang relatif sama. Mungkin yang prihatin adalah ibu-ibu yang menyaksikan. Yah.... hanya Allah Yang Tahu.

Pertama, tentu saya membayangkan paha adik-adik pramugari beberapa saat. Tetapi selanjutnya prihatin. Kadang saya juga melihat perut adik-adik pramugari saat mereka melayani menaikkan tas di bagasi atas. Di kesempatan lain ketika saya menunggu di terminal 1A Soekarno Hatta, saya secara tidak sengaja melihat salah satu pilot pria mencolek paha salah satu pramugari. Aaaah..... kata paramugari itu. Mereka menikmati suasana itu. Boleh donk ikut mencolek!!!!!

Ingatan saya kembali kepada kuliah marketing. Apakah harus begitu untuk menarik pelanggan jasa penerbangan. Apakah jika mereka mengenakan pakaian yang tidak memperlihatkan aurat mereka LION AIR tidak laku. Mungkin ada tema dalam tesis : pengaruh paha pramugari terhadap kepuasan layanan jasa penerbangan.

Saya sendiri tidak merasa puas dengan layanan mereka, bukannya memberikan makanan yang mengenyangkan atau sekedar snack seperti Batavia Air, minimal. Mereka malah jualan minuman botol seharga Rp. 10.000,-. Secara hukum dagang, maklum aja, wong jualannya aja di atas pesawat, bukan di bandara atau di warung. Jadi harga perolehannya juga tinggi. Mungkin nggak ada hubungannya.

Apa nggak lebih baik mereka menyajikan request lagu, atau menawarkan arisan, atau pengembalian Rp. 1.000,- per menit keterlambatan. Intinya yang langsung bisa dinikmati pelanggan.

Saya menyarankan kepada manajemen LION AIR untuk memanggil desainer yang muslim atau yang mengerti bagaimana harus menjaga tubuh wanita. Tidak perlu misalkan harus menggunakan jilbab, jika memang tidak mampu atau takut saudara kita yang nonmuslim lari ke penerbangan lain. Cukuplah pakaian yang dalam berbagai gerak tidak menampakkan paha, perut, dada adik-adik pramugari, tetapi tidak mengganggu kerja mereka. Saya kira banyak desainer yang mampu melakukannya.

Sangat ironis ketika negara kita berjuang melawan pronografi dalam media iklan, gambar, koran dan elektronik, ternyata layanan publik masih menampilkan pramugarinya dengan pakaian yang mengundang rangsangan seks. Saya sangat maklum jika managemen LION AIR yang membaca tulisan ini menganggap saya berlebihan dalam menilai. By the way..... saya kan juga pelanggan setia LION AIR. Secara pribadi saya berterima kasih dengan penerbangan ini sehingga saya bisa menyelesaikan tugas-tugas keseharian saya.

Dan tolong colekanpilot itu jangan sampai terlihat lagi oleh pelanggan Anda.
Tentang pakaian itu kapan ya pakaian itu diganti ............

1 Comments

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post